Yang
terhormat Para sobat jamuren
Selama ini
baglog jamur afkir dikemanain?..... dibuang?
Ada
alternatif lho...ternyata baglog jamur yang afkir bisa dimanfaatkan sebagai
media yang baik bagi budidaya cacing tanah...
Berikut ini adalah serba-serbi budidaya cacing tanah dimulai
dengan sejarah singkat cacing tanah, sentra
budidaya cacing tanah, jenis-jenis cacing tanah, manfaat cacing tanah,
persyaratan lokasi budidaya cacing tanah,
pedoman teknis budidaya cacing tanah, hama dan penyakit cacing tanah dan
lain-lain.
Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak
mempunyai tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas
Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae
Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi
masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan
bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.
Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia
berasal dari famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus,
Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus. Beberapa jenis cacing
tanah yang kini banyak diternakan antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus.
Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk
kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk
tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang
terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang
lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa
menyamai atau melebihi jenis lain. Cacing tanah jenis Pheretima segmennya
mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya
berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah
yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing
kalung. Cacing tanah jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai
merah kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada
segmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak manja sehingga dalam pemeliharaannya
diperlukan perhatian yang lebih serius. Cacing jenis Lumbricus Rubellus
memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, karena
produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan
produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak
MANFAAT
Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga
memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan
penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan
meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga
cacing tanah dapat digunakan sebagai:
Bahan Pakan Ternak,
Berkat kandungan protein, lemak dan
mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak
seperti unggas, ikan, udang dan kodok.
Bahan Baku Obat
dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit. Secara tradisional cacing tanah
dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan
bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.
Bahan Baku
Kosmetik Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan
baku pembuatan lipstik.
Makanan Manusia
Cacing merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan
makanan manusia seperti halnya daging sapi atau Ayam.
. PERSYARATAN LOKASI
Tanah sebagai media
hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar. Bahan-bahan
organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau
tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan-bahan yang mudah
membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya.
Untuk pertumbuhan
yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau
ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat
bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi. Kelembaban yang
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15-30
%.
Suhu yang
diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah sekitar
15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat C
masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal. Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan
agar mudah penanganan dan pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari
secara langsung, misalnya di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan
khusus (permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan
sinar dan tidak menyimpan panas.
Penyiapan Sarana dan
Peralatan
Pembuatan kandang
sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia,
papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat. Salah satu contoh kandang permanen
untuk peternakan skala besar adalah yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi
0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat wadah-wadah
pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka).
Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing
bertingkat atau pancing berjajar..
Pembibitan
Persiapan yang
diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah meramu media tumbuh,
menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung.
Pemilihan
Bibit Calon Induk
Sebaiknya dalam
beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit yang sudah ada karena
diperlukan dalam jumlah yang besar. Namun bila akan dimulai dari skala kecil
dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam, yaitu dari tumpukan sampah
yang membusuk atau dari tempat pembuangan kotoran hewan.
Pemeliharaan
Bibit Calon Induk
Pemeliharaan
dapat dibagi menjadi beberapa cara:
pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat
yang digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika sarang
berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih 1 m, dapat
ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.
pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah
bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.
pemeliharaan kombinasi cara a dan b.
pemeliharaan khusus kokon sampai anak,
setelah dewasa di pindah ke bak lain Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai
bibit.
Sistem
Pemuliabiakan
Apabila media
pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada, maka penanaman dapat
segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada
tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media, tetapi harus dicoba sedikit demi
sedikit. Beberapa bibit cacing tanah diletakan di atas media, kemudian diamati
apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk,
baru bibit cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin
ada yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah).
Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing
tanah itu betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok,
cacing akan berkeliaran di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus
segera diganti dengan yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara disiram
dengan air, kemudian diperas hingga air perasannya terlihat berwarna bening
(tidak berwarna hitam atau cokelat tua).
Reproduksi,
Perkawinan
Cacing tanah
termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam
satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat dilakukannya sendiri.
Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon
yang berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3
besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu
14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor,
rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000
cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan
yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama
7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.
Pemeliharaan
Pemberian
Pakan
Cacing tanah
diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing tanah yang
ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang harus diberikan juga harus
1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah berupa semua kotoran hewan, kecuali
kotoran yang hanya dipakai sebagai media. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian pakan pada cacing tanah, antara lain :
pakan yang
diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender.
bubur
pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan
media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan.
pakan
ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus cahaya.
pemberian
pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu, harus diaduk dan
jumlah pakan yang diberikan dikurangi bubur pakan yang akan diberikan pada cacing
tanah mempunyai perbandingan air 1:1.
Penggantian
Media
Media yang
sudah menjadi tanah/kascing atau yang telah banyak telur (kokon) harus diganti.
Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak dan induk dipisahkan dan
ditumbuhkan pada media baru. Rata rata penggantian media dilakukan dalam jangka
waktu 2 Minggu.
Proses
Kelahiran
Bahan untuk media
pembuatan sarang adalah: kotoran hewan, dedaunan/Buah-buahan, batang pisang,
limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu.
Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan,
kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diaduk kembali. Bahan
campuran dan kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30
ditambah air secukupnya supaya tetap basah.
7. HAMA DAN PENYAKIT
Keberhasilan beternak cacing tanah tidak terlepas dari
pengendalian terhadap hama dan musuh cacing tanah. Beberapa hama dan musuh
cacing tanah antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat,
tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan lain-lain. Musuh
yang juga ditakuti adalah semut merah yang memakan pakan cacing tanah yang
mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk
penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan semut merah dilakukan dengan cara
disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi air cukup.
8. PANEN
Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting (utama)
yang dapat diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing
(bekas cacing). Panen cacing dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya
adalah dengan mengunakan alat penerangan seperti lampu petromaks, lampu neon atau
bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga mereka akan
berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing tanah
itu dengan medianya. Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan membalikan
sarang. Dibalik sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing
mudah terkumpul, kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang
tertinggal. Jika pada saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur),
maka sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30
hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan cacing tanah dapat
diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnya siap
di panen.